BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Bagaimanakah alam semesta tak berbatas tempat kita tinggal ini terbentuk? Bagaimanakah keseimbangan, keselarasan, dan ke-teraturan jagat raya ini berkembang? Bagaimanakah bumi ini menjadi tempat tinggal yang tepat dan terlindung bagi kita?
Aneka pertanyaan seperti ini telah menarik perhatian sejak ras ma-nusia bermula. Para ilmuwan dan filsuf yang mencari jawaban dengan kecerdasan dan akal sehat mereka sampai pada kesimpulan bahwa rancangan dan keteraturan alam semesta merupakan bukti keberadaan Pencipta Mahatinggi yang menguasai seluruh jagat raya.
Ini adalah kebenaran tak terbantahkan yang dapat kita capai dengan menggunakan kecerdasan kita. Allah mengungkapkan kenyataan ini dalam kitab suci-Nya, Al Quran, yang telah diwahyukan empat belas abad yang lalu sebagai penerang jalan bagi kemanusiaan. Allah menya-takan bahwa Dia telah menciptakan alam semesta dari ketiadaan, untuk suatu tujuan khusus, serta dilengkapi dengan semua sistem dan keseimbangannya yang dirancang khusus untuk kehidupan manusia.
Allah mengajak manusia untuk mempertimbangkan kebenaran ini dalam ayat berikut:
“Apakah kamu yang lebih sulit penciptaannya ataukah langit? Allah telah membangunnya. Dia meninggikan bangunannya lalu me-nyempurnakannya. Dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita dan menjadikan siangnya terang benderang. Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya.” (QS. An-Naazi’aat, 79: 27-30) !
Pada ayat lain dalam Al Quran dinyatakan pula bahwa manusia harus melihat dan mempertimbangkan semua sistem dan keseimbangan di alam semesta yang telah diciptakan Allah untuknya, serta memetik pelajaran dari pengamatannya:
“Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami (nya).” (QS. An-Nahl, 16: 12) !
Dalam ayat Al Quran lainnya , ditunjukkan:
“Dia memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan menundukkan matahari dan bulan, dan masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Yang (berbuat) demikian itulah Allah Tuhanmu, kepunyaan-Nya-lah kerajaan. Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mem-punyai apa-apa walaupun setipis kulit ari.” (QS. Faathir, 35: 13) !
Kebenaran nyata yang dipaparkan Al Quran juga ditegaskan oleh se-jumlah penemu penting ilmu astronomi modern, Galileo, Kepler, dan Newton. Semua menyadari bahwa struktur alam semesta, rancangan tata surya, hukum-hukum fisika, dan keadaan seimbang, semuanya dicipta-kan Tuhan, dan para ilmuwan itu sampai pada kesimpulan dari pene-litian dan pengamatan mereka sendiri.
Bab II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
1. Q.S AN-NAHL:65
Artinya: Dan Allah menurunkan dari langit air(hujan) dan dengan air itu dihidupkan –Nya bumi sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Tuhan)bagi orang-orang yang mendengarkan(pelajaran).
2. Q.S YUNUS:3
Artinya: Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah Yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di ats ’Arsy (singgasana)untuk mengatur segala urusan. Tiada seorangpun yang akan memberi syafa’at kecuali sesudah ada keizinan-Nya. (Dzat) yang demikian itulah Allah, Tuhan kamu, maka sembahlah Dia. Maka apakah kamu tidak mengambil pelajaran?
Semenjak dulu yang senantiasa menyita perhatian dan pikiran manusia adalah masalah penciptaan, semenjak kapan dimulainya. Apakah mungkin manusia suatu hari dapat mencerap dan mengetahui darimana dan bagaimana galaksi-galaksi, bintang-gemintang, planet-planet, komet, bulan, matahari, langit dan bumi serta manusia, pendeknya seluruh semesta ini, tercipta?
Al-Qur’an dalam menanggapi pertanyaan ini membeberkan jawaban dan bimbingan secara universal dan mengajak manusia untuk menyingkap rahasia yang terdapat di dalamnya.
Salah satu dari rahasia itu disebutkan dalam ayat-ayat al-Qur’an yang menjelaskan bahwa langit dan bumi telah diciptakan dalam 6 masa. Berangkat dari pertanyaan ini kita akan melihat bagaimana al-Qur’an menjelaskan ihwal penciptaan bumi dan langit yang disebut selama 6 masa. Apakah yang dimaksud dengan 6 masai penciptaan ini. Apakah yang dimaksud dengan 6 masa itu adalah 6 kali 24 jam? Atau ada maksud lain? Silahkan Anda simak artikel berikut ini.
Dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa periode penciptaan dunia ini adalah 6 masa dimana 4 masa darinya berhubungan dengan bumi serta segala urusan yang berkenaan dengannya (penyediaan bahan-bahan makanan) dan 4 masa yang lainnya berkenaan dengan penciptaan langit-langit dimana 2 masa dari 4 masa ini merupakan waktu yang secara bersamaan digunakan untuk menciptakan bumi dan langit,
sebagaimana firman-Nya: “dan Dia menciptakan di atas bumi itu gunung-gunung yang kokoh. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa, persis seperti kebutuhan orang-orang yang memohon.“ (Qs. Fushilat: 10), dan pada surat fushilat ayat 12 “Dan Dia menciptakan di atas bumi itu gunung-gunung yang kokoh. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa, persis seperti kebutuhan orang-orang yang memohon.“. Oleh karena itu jumlah dari keseluruhan waktu penciptaan ini adalah 6 masa.
Di kalangan Kaum Bani Israel dan Ahli Kitab, khususnya pengikut Yahudi, pembahasan tentang masalah ini telah masyhur dimana menurut keyakinan mereka Tuhan telah memulai penciptaan-Nya dimulai pada hari Senin dan berakhir pada hari Jum’at dan menjadikan hari Sabtu sebagai hari libur. Dengan demikian, jarak waktu antara hari Senin sampai dengan hari Jum’at yang keseluruhannya adalah 6 hari itu, disebut sebagai Subat yaitu hari-hari dalam seminggu antara hari Senin hingga hari Jum’at. Oleh karena itu mereka meliburkan diri pada hari sabtu. Dan masalah ini tercatat dalam kitab suci mereka, Taurat.
Sebelum ditemukannya bumi dan langit, tidak tergambar oleh benak kita adanya hari Sabtu, Ahad, Senin dan selanjutnya. Dan kalaupun kita telah mempunyai keyakinan akan adanya hal itu, maka kita dapat simpulkan bahwa hari yang dimaksudkan tersebut adalah sebanding dengan 24 jam.
Pemahaman seperti ini jelas sangat jauh dari kebenaran karena menurut ilmu Geografi, hari diartikan sebagai waktu yang diperlukan bumi untuk mengitari bumi sendiri dan secara harfiah kadang-kadang hari (yaum) diartikan sebagai lawan malam yang dalam bahasa Arab adalah nahar.
Anggapan seperti ini sangat jauh dari kebenaran namun kesimpulan yang benar adalah sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa hari di sini maksudnya adalah satu periode atau tahapan atau masa. Di mana dalam setiap periode ini mungkin saja selama satu tahun atau mungkin seratus tahun atau juga barangkali seratus juta tahun atau bahkan mungkin saja milyaran tahun, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat-ayat Al-Qur’an bahwa hari mempunyai makna yang beragam:
“Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi seorang yang berkedudukan tinggi di lingkungan kami dan dipercaya”. (Qs. Yusuf: 54).
Apakah hanya pada hari itu Nabi Yusuf As menjadi orang yang mempunyai kedudukan tinggi dan dipercaya sementara hari yang lainnya tidak demikian?
“Sesungguhnya sehari di sisi Tuhan-mu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu.“ (Qs. Haj: 47)
“Malaikat-malaikat dan ruh (malaikat muqarrab di sisi Allah) naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun.“ (Qs. Ma’arij: 4)
Dari kedua ayat tersebut kita saksikan bahwa pada ayat 47 surat Haj dikatakan bahwa satu hari adalah satuan waktu selama seribu tahun sedangkan pada ayat selanjutnya dijelaskan bahwa satu hari meliputi lima puluh ribu tahun lamanya. Apakah yang dimaksudkan dengan satu hari itu selama seribu tahun atau lima puluh ribu tahun ataukah selama 24 jam seperti satuan waktu yang kita gunakan sekarang ini? Atau yang dimaksud dalam ayat itu adalah lamanya waktu yang diperlukan malaikat-malaikat dan ruh untuk menghadap kepada Sang Pencipta? Kedua kemungkinan itu boleh jadi ada benarnya, dimana kemungkinan pertama, mungkin saja waktu yang diperlukan adalah benar-benar lima puluh ribu tahun dan tidak lebih walaupun hanya satu menit ataupun juga tidak lebih walaupun hanya satu menit pula.
Penjelasan serupa juga hadir dalam kitab spektakuler Imam Ali As dalam Nahjul Balaghah-nya:
“Dan Setan selama 6 ribu tahun telah beribadah kepada Tuhan yang mana (kita) tidak mengetahui apakah termasuk hitungan tahun-tahun dunia ataukah tahun-tahun akhirat.”
“Ad dahra yauman, yaumulaka wa yaumu’alaika” (Dunia bagimu adalah dua hari: di mana satu harinya adalah akan menguntungkanmu dan yang lain akan memberi kesengsaraan bagimu”
Dengan memperhatikan keluasan arti kata-kata hari, hari bermakna satu masa, apakah masa ini berlangsung selama satu tahun ataukah seratus ribu tahun atau barang kali juga satu juta tahun atau bahkan bermilyar-milyar tahun lamanya.
Dalam Tafsir Al-Burhan karya Ali bin Ibrahim dalam pembahasan ayat yang berkenaan dengan perkara ini, dipaparkan pula bahwa Imam Ali As berkata maksud dari 6 hari di sini adalah 6 masa.
Menurut arti harfiah, “hari” kadang-kadang juga bermakna bagian waktu dari sebuah periode.
Pada percakapan keseharian pada masa sekarang ini, “hari” juga diartikan sebagai periode. Sebagai contoh kita mengatakan bahwa pada suatu hari, bumi telah berasap dan terbakar dan pada hari yang lain mempunyai hawa yang dingin, padahal periode peleburan bumi lebih dari bermilyard-an tahun lamanya.
Berkenaan dengan peristiwa sejarah kadang-kadang kita mengatakan bahwa pada suatu hari Mua’wiyah merampas secara paksa kekhalifahan dari kaum Muslimin dan pada hari yang lain pun Bani Umayah melakukan kejahatan yang sama, padahal masa pemerintahan dari masing-masing ke dua pemerintahan yang batil itu melebihi seratus tahun lamanya.
Berkenaan dengan pembahasan tentang penciptaan dunia dalam 6 masa, telah dijelaskan dalam ayat-ayat Al-Qur’an sebagai berikut:
“Sesungguhnya Tuhanmu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa.“ (Qs. A’raf: 54)
“Sesungguhnya Tuhanmu ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa.“ (Qs. Yunus: 13)
“Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa.” (Qs. Hud: 7)
“Yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa.“ (Qs. Furqan: 59)
“Allah-lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa.” (Qs. As Sajdah: 4)
“Allah-lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa.“ (Qs. Al Qaf: 38)
“Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa.“ ( Qs. Al Hadid: 4)
Berdasarkan penjelasan ayat-ayat tersebut, kalau disimpulkan bahwa penciptaan dunia ini selama 6 hari dan hari yang dimaksudkan adalah satuan hari seperti yang kita alami sekarang ini merupakan kesimpulan yang bertentangan dengan pengetahuan yang telah kita ketahui. Karena kita telah mengetahui bahwa telah milyaran tahun lamanya bumi dan langit menjadi keadaan seperti yang kita saksikan dan kita huni sekarang ini.
Namun berdasarkan paparan-paparan tersebut, maka kesimpulan yang benar adalah sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa hari di sini maksudnya adalah satu periode atau tahapan atau masa, bukan hari yang selama ini ada dalam benak pikiran kita. Di mana dalam setiap periode ini mungkin saja selama satu tahun atau mungkin seratus tahun atau juga barangkali seratus juta tahun atau bahkan mungkin saja milyaran tahun.
Oleh karena itu maksud dari ayat-ayat al-Qur’an yang menjelaskan bahwa 6 hari dalam penciptaan bumi dan langit kemungkinan adalah 6 masa penciptaan. Artinya masa yang diperlukan untuk menciptakan bumi adalah 2 masa dan untuk langit juga 2 masa dan masa untuk menciptakan kadar makanan-makanan yang diperlukan oleh penduduk bumi adalah 2 masa pula sesuai dengan firman-Nya:
“Katakanlah, “Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada Dzat yang menciptakan bumi dalam dua masa.” (Qs. Fushilat: 9)
“Dan Dia menciptakan di atas bumi itu gunung-gunung yang kokoh. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa, persis seperti kebutuhan orang-orang yang memohon.“ (Qs. Fushilat: 10)
“Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa.“ (Qs. Fushilat: 12)
Adapun bagaimana detilnya penciptaan bumi dan langit selama 6 masa kita tidak bisa mengetahuinya secara utuh dan benar. Apakah segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi itu diciptakan secara terpisah-pisah yaitu mempunyai 6 masa atau 6 tahapan penciptaan ataukah misalnya 2 masa untuk menciptakan bumi, 2 masa yang lain untuk menciptakan bumi dan 2 masa yang lain untuk menciptakan kadar makanan-makanan penghuninya (yaitu bumi diciptakan selama 2 masa, satu tahapan yang lain digunakan untuk mempersiapkan tumbuhnya pepohonan, dan persiapan untuk menciptakan berbagai hewan juga satu tahapan di mana semua masa ini mencakup 4 tahapan penciptaan). Kemudian langit juga diciptakan dalam masa 2 tahap. Tidak ada satu ayat pun yang menguatkan akan dugaan ini dan anggapan ini semata-mata hanyalah kemungkinan saja. Kemungkinan besar yang bisa kita simpulkan adalah bahwa 6 hari tidak dapat diartikan sebagai 6 X 24 jam.
Dari poin di atas kita dapat simpulkan bahwa Allah Swt telah menciptakan bumi dan langit selama 6 masa secara berkesinambungan. Walaupun setiap masa dari 6 periode ini kadang-kadang lebih dari jutaan atau bahkan milyaran tahun. Dan hal ini tidak bertentangan dengan ilmu yang telah kita ketahui pada zaman sekarang ini.
Urutan 6 periode ini kemungkinan seperti berikut ini:
Suatu masa di mana seluruh penjuru dunia berbentuk kumpulan gas yang dengan perputarannya sendiri akhirnya terpisah menjadi beberapa bagian yang akhirnya membentuk beberapa planet.
Planet-planet ini secara perlahan-lahan berbentuk gumpalan dan mempunyai cahaya yang terang serta berhawa dingin sehingga bisa di huni.
Pada masa yang lain, secara bertahap terbentuklah matahari dan bumi terpisah dari matahari
Pada masa selanjutnya, bumi terasa dingin dan laik huni.
Pada tahapan selanjutnya muncullah tumbuh-tumbuhan dan binatang di muka bumi ini.
Akhirnya hewan dan manusia juga menjadi bagian dari penghuni bumi ini[7]
Enam masa tersebut, sesuai dengan penjelasan Al-Qur’an dalam kalam-kalam-Nya, seperti Ia (Allah Swt) menghamparkan gunung-gunung berdiri tegak di muka bumi ini dan telah menciptakan keberkahan di atasnya, semuanya Dia lakukan selama empat masa sesuai dengan permintaan makhluk-Nya dan telah menyediakan bahan-bahan makanan yang diperlukan oleh penghuni bumi. Kemudian Ia berkehendak untuk menciptakan langit dan ketika langit masih berupa gas kepada langit dan bumi diperintahkan untuk mewujudkan dirinya entah itu karena taat atau pun karena terpaksa. Mereka berkata, Kami akan mengikuti peraturanmu karena ketaatan kami kepada-Mu. Ketika itu, langit-langit tersebut diciptakan selama 2 masa menjadi tujuh lapis dan segala yang diinginkan-Nya akan diciptakan dalam setiap lapisan langit. Langit lapisan bawah dihiasi dengan bintang-bintang yang sangat gemerlapan dan dengan batu-batu meteor dan Ia akan menjaganya dari gangguan syetan. Hal ini, sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Al-Qur’an al Karim:
“Dan Dia menciptakan di atas bumi itu gunung-gunung yang kokoh. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa, persis seperti kebutuhan orang-orang yang memohon.” (Qs. Fushilat: 10)
“Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan (batu-batu meteor dari kejahatan setan). Demikianlah ketentuan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.“ (Qs. Fushilat: 12)
Al-qur’an bukanlah sihir; Allah mengatur alam semesta dari arasy-Nya ; syafa’at hanyalah dengan izin Allah: Wali-wali Allah, wahyu Allah yang menerangkan yang ghaib kepada manusia: Allah menyaksikan dan mengamat-amati perbuatan hamba-hamba-Nya di Dunia.Allah tidak mempunyai anak.
3. Q.S. AL-BAQOROH : 28
Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, Kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, Kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan?
Sejelas apapun keterangan yang telah Allah berkan kepada manusia melalui firmnya, orang-orang kafir tetap tidak akan mempercayainya.
Ayat yang telah lalu menernagkan sikap orang-orang kafir terhadap perumpamaan-perumpamaan yang telah disebutkan Allah, terhadap perjanjian mereka dengan Allah dan terhadap tingkah laku mereka yang telah merusak Agama, manusia dan kemanusiaan. Pada ayat ini Allah mencela sikap orang kafir itu dan memerintahkan agar memperhatikan diri, kejadian kehidupan mereka dan kemana mereka akan kembali.
Sebelum menjadi makhluk hidup,manusia adalah makhluk mati yang berasal dari tanah,setelah manusia hidup, Allah melanjutkan keturunannya. Dengan mempertemukan benda-benda mati yaitu sperma laki-laki dan ovum perempuan didalam rahim perempuan,setelah melalui beberapa proses, kedua sel ini menjadi bentuk tertentu,lalu Allah meniupkan ruh kedalamnya sehingga menjadilah ia makhluk hidup.pada saatnya manusia lahir kedunia Allah menganugerahkan pendengaran, pengetahuan, hati dan akal.menjadikan makhluk paling sempurna bentuknya.menjadikan makhluk yang paling sempurna disisinya. Allah menjadikan bumi ini untuk manusia untuk diambil manfaatnya, agar manusia dapat melaksanakan tugas-tugasnya sebagai hamba Allah,memberi rizki untuk kelangsungan hidup dan hidupnya sampai yang ditentukan, kemudian malaikat mau mencabut nyawa manusia,sehingga menjadilah ia mati kembali.pada saatnya Allah menghidupkannya kembali untuk menghisabnya.orang yang iman dibalas dengan Syurga dan orang yang kafir dimasukan kedalam Neraka.
Ayat ini mengingatkan kepada orang-orang yang beriman tentang beberapa hal:
Allah Maha kuasa menghidupkan dan mematikan,kemudian membangkitkannya kembali setelah matinya. Hanya kepada-Nya lah kembali semua makhluk.
Agar manusia terlalu cenderung kepada dunia.hidup yang sebenarnya adalah di akhirat nanti. Hidup di dunia untuk mempersiapkan hidup yang lebih baik nanti.
Allah lah yang menentukan ukuran.dan batas waktu kehidupan makhluk, seperti kapan sesuatu makhluk harus ada, bagaimana keadaannya, kapan akhir adanya dan sebagainya.
BAB III
KESIMPULAN
KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa penciptaan dunia ini selama 6 hari dan hari yang dimaksudkan adalah satuan hari seperti yang kita alami sekarang ini merupakan kesimpulan yang bertentangan dengan pengetahuan yang telah kita ketahui. Karena kita telah mengetahui bahwa telah milyaran tahun lamanya bumi dan langit menjadi keadaan seperti yang kita saksikan dan kita huni sekarang ini.
Namun berdasarkan paparan-paparan tersebut, maka kesimpulan yang benar adalah sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa hari di sini maksudnya adalah satu periode atau tahapan atau masa, bukan hari yang selama ini ada dalam benak pikiran kita. Di mana dalam setiap periode ini mungkin saja selama satu tahun atau mungkin seratus tahun atau juga barangkali seratus juta tahun atau bahkan mungkin saja milyaran tahun.
DAFTAR PUSTAKA
1. Nahjul Balaghah karya Imam Ali As
2. Tafsir Al-Burhan karya Ali bin Ibrahim
3. Raghib Isfahani, Mufradat, Hal. 553
4. Nashir Makarim Shirazi: Tafsir Nemuneh, Jil. 6,Hal. 201
5. Ma’arif Qur’an, Jil. 1-3, Hal. 241