Pages

HAKIKAT MAKNA

Makna sebgai objek dari tataran linguistik semantic berada diseluruh atau disemua tatatran yang bangun membangun, makna berada di tataran Fonologi, Morfologi, dan Sintaksis (chaer 2007:284). Makna itu sendiri berada di balik kata, tetapi dari tatarn Morfologi lebih merupakan studi untuk menmukan kesatuan artibukan mempelajari maknaitu sndiri (Alwasilah 1993:161).

Menurut Ferdinand de Saussure dengan teori linguistiknya, setiap tanda linguistik atau tanda bahasa terdiri dari dua komponen, yaitu komponen signifian “yang mengartikan” yang wujudnya berupa rntutan bunyi, dan komponen signifie “yang diartikan” yang wujudnya berupa pengertian atau konsep dengan demikian menurut teori yang dikembangkan dari pandangan Ferdinand tersebut bahwa makna adalah “pengertian” atau “konsep” yang dimiliki atau terdapat pada sebuah tanda linguistic. Kala tanda linguistic itu disamakan identitasnya dengan kata atau liksem, maka berarti makna adalah pengertian atau konsep yang dimiliki oleh setiap kata atau leksem (chaer 2007:286-287).
Ada juga teori yang mengatakan bahwa makna itu tidak lain daripada suatu atau referen yang diacu oleh kata atau lekswm itu. Dan banyak pakar yang menyatakan bahwa kita baru dapat menentukan makna sebuah kata apabila kata itu sudah ada dalam konteks kalimat. Selanjutnya makna kalimat baru dapat ditentukan apabila kalimat itu berada dalam konteks wacananya atau konteks situasinya, seperti comtoh berikut:
Sudah hamper pukul dua belas!
Apabila kalimat tersebut diucapkan oleh seorang ibu asrama putri terhadap seorang pemuda yang masoh bertandang diasrfama itu. Maka makna kalimat tersebut adalah “pengusiran secara halus”. Lain halnya bila kalimat tersebut diucapkan oleh seorang guru agama ditujukan pada para santri dising hari maka makna kalimat tersebut adalah “pemberitahan bahwa akan masuk waktu shalat zuhur (chaer 2007:288 ).
Satu hal yang harus diingat mengenai makna ini karena bahasa bersifat arbiter maka hubungan antara kata dan maknanya juga bersifat arbiter (chaer 2007:289).


JENIS MAKNA
1. Makna Leksikal, makna Gramatikal, dan makna kontekstul
Makna leksikal adalah makna yang dimiliki atau pada leksem meski tanpA konteks apapun, atau berarti makna yang sebenarnya, makna yang sesuai dengan hasil observasi indra kita, atau makna apa adanya, dan makna kamus (chaer 2007:289).
Berbeda denga makna leksikal, makna gramatikal baru ada kalau terjadi proses gramatikal seperti afiksasi, reduplikasi, komposisi, atau kalimatisasi. Sedangkan makna kontekstual adalah makna sebuah leksem atau kata yang berada didalam satu konteks seperti makna kata “jatuh” dari contoh diatas. Makna konteks dapat juga berkenaan dengan situasinya yakni tempat, waktu, dan linkungan pengguna bahasa itu (chaer 2007:290).
2. Makna Referensial dan makna Non Referensial
Sebuah kata atau leksem disebut bermakna referensial kalau ada referensnya atau
acuanya. Seperti kuda, merah, dan gambar adalah termasuk kata-kata yang bermakna referensial karena ada acuanya dalam dunia nyata. Sebaliknya kata-kata dan, atau, karena, termasuk kata-kata tidak bermakna referensial, karena kata-kata itu tidak mempunyai referens.
Berkenaan dengan acuan ini ada sejumlah kata yang disebut kata deiktik yang acuanya tidak menetap pada satu maujud, melainkan dapat berpindah dari satu maujud ke maujud lainya. Yang termasuk kata deiktik adalah pronomina chaer 2007:291).
Ada perbedaan antara makna dan referen. Bahkan ada perbedaan gramatikal antara kelas-kelas kata menurut sifat referensial maknya yang paling jelas bereferensi adalah makna nomina, dan adjektiva tidak begitu jelas.
Istilah referensi membawa dua arti yang beda. Referensi yang tadi di atas adalah referensi ekstralingual karena referensi itu adalah suatu yang diluar bahasa. Tetapi istilah referensi dapat membawa juga arti perujukan didalam tuturan yaitu artinya intralingual Biasanya pokok referensi intralingula disebut juga endoforis entah anaforis atau kata foris. Lebih-lebih menyangkut semantik gramatikal bukan leksikal. Sebalilknya referensi ekstralingual disebut juga ektoforis lebih-lebih menyangkut semantik leksikal bukan semantik gramatikal. (verhaar 2008 : 389-390)