Pages

Ciri – Ciri Umum Metode Yang Baik

1. Pengertian Metode
2. Karakter Metode Pengajaran
3. Kedudukan Metode.
4. Macam – Macam Metode.

5. Ciri – Ciri Umum Metode Yang Baik
Setiap guru yang akan mengajar pasti akan daihapkan pada suatu pilihan metode. Banyak sekali metode yang dapat diguanakan dalam proses belajar mengajar, tapi saya yakin dari sekian banyak metode yang disajikan, ada yang baik manfaatnya bagi guru dan ada yang buruk manfaatnya, itu tergantung guru yang menggunkannya, sejauh mana ia bisa menempatkan metode tersebut pada faknya atau sesuai tujuan yang diharapkan.
Mohammad al Taoumy ( 1983 ) mengatakan terdapat beberapa cirri dari sebuah metode yang baik untuk pembelajaran Pendidikan Agama Islam, yakni :*14
  • Berpadunya Metode dari segi tujuan dan alat dengan jiwa dan ajaran akhlaq Islam yang mulia.
  • Bersifat luwes, Fleksibel dan memiliki daya suai dengan watak siswa dan materi.
  • Bersifat fungsional dalam menyatukan teori dengan praktek dan mengantarkan siswa dalam kemampuan prktis.
  • Tidak mereduksi materi, bahkan sebaliknya justru mengembangkan materi
  • Memberikan keleluasan pada siswa untuk menyatakan pendapatnya.
  • Mampu menempatkan guru dalam posisi yang tepat, terhormat dalam keseluruhan proses pembelajaran.
Demikian makalah yang bisa saya sajikan, saya mohon maaf jika dalam pembuatan makalah ini banyak kekuarangannya karena terbatasnya pengetahuan saya dan buku referensi yang saya miliki. Tetapi sebelum saya menutup makalah ini izinkan saya menampilkan sebuah karya tulis dari seorang Guru SLTP Negeri 1 Purwodadi, Jawa Tengah, yang bernama Rudarti, karya tulis beliau yang saya temukan di Internet cukup menyimak perhatian saya dan pada kesempatan kali ini saya hanya ingin berbagi pengalaman dengan para pembaca sekalian. Beliau memberikan solusi alternatip metode yang bisa digunakan oleh sekolah – sekolah untuk meningkatkan kualitas anak didik. Dan inilah kutipan karya tulis tersebut.

TUJUAN utama dari pengajaran adalah transformasi informasi dari seorang guru kepada peserta didik. Namun, umumnya para guru hanya mengandalkan media pengajaran klasik, seperti ceramah dan gambar sebagai ilustrasi. Padahal sesungguhnya untuk tujuan tercapainya proses belajar tuntas, seorang guru diberikan kebebasan berkreas.

Belakangan ini sejumlah stasiun televisi swasta sedang berebut memberikan tayangan dokumenter yang diputar pada saat prime-time. Sebutlah Discovery dan Born Wild. Saya menilai, tayangan tersebut sarat dengan nilai pendidikan dan dapat menjadi sebuah metode pengajaran alternatif. Tanpa bermaksud terlalu menyanjung, lewat tayangan dokumenter seperti itu sebuah proses belajar-mengajar dapat menjadi sangat mengasyikkan dan menghibur. Bahkan, peserta didik pun tak merasa kalau dirinya sedang berada dalam proses belajar-mengajar.

Saya membayangkan, alangkah indahnya jika metode pengajaran seperti itu diadopsi secara resmi ke dalam sekolah. Saya yakin, dengan metode pengajaran seperti itu pelajaran menjadi sangat menarik dan tidak membosankan. Anda boleh cek, mengapa rata-rata siswa tidak suka dengan pelajaran IPS? Jawabannya karena pada umumnya mata pelajaran itu hanya disampaikan dengan cara menghafal. Akibatnya, siswa merasa cepat lelah dan mengantuk. Padahal, banyak sekali peristiwa yang dapat disajikan dengan gaya dokumenter, seperti proses terjadinya gunung berapi, gempa bumi, atau peristiwa sejarah perjuangan bangsa, yang barangkali menjadi sangat njlimet jika disampaikan dengan metode ceramah.

Dari waktu ke waktu rating tayangan dokumenter selalu meningkat. Perkembangan dari kesuksesan di layar kaca tersebut ternyata diikuti dengan perkembangan di luar. Para orangtua sekarang punya kecenderungan membelikan oleh-oleh bagi anaknya VCD dokumenter dibandingkan dengan membelikan makanan ringan yang banyak mengandung bumbu penyedap. Fenomena tersebut sudah menunjukkan adanya perubahan sikap dan peningkatan kesadaran pendidikan dari para orangtua. Lebih dari itu, tayangan dokumenter belakangan ini sudah mampu menggeser topik pembicaraan dari kisah tayangan telenovela atau tayangan film .

METODE pembelajaran lewat multimedia sesungguhnya bukan hal baru, namun sekarang ini sangat jarang dilakukan karena rendahnya kreativitas guru. Karena itu, sekalipun di satu sekolah terdapat peralatan multimedia, tetapi masih sangat jarang yang memanfaatkannya sebagai materi pembelajaran. Padahal, sesungguhnya tak ada alasan bagi sekolah untuk tidak memakai metode pembelajaran seperti ini, di mana pesawat televisi maupun VCD player bukan lagi menjadi barang mewah. Gagasan terobosan seperti ini saya pikir perlu dilakukan. Sebab, siswa sudah terlalu jenuh jika hanya diwajibkan untuk menghafal buku teks.
seandainya metode pengajaran seperti ini diadopsi oleh sekolah, saya yakin persentase pencapaian belajar tuntas berkaitan dengan diterapkannya kurikulum baru berbasis kompetensi, yang menuntut kreativitas guru dalam mengelola kelas serta dapat meningkatkan keaktifan siswa, maka metode pengajaran ini lebih sesuai. Karena, siswa akan merasa berada pada suasana bermain dan tidak belajar. Setelah itu guru melakukan ulasan untuk mempertajam memori terhadap tayangan yang baru saja dilihat, atau memberi penugasan kepada siswa untuk mendiskusikan materi yang baru saja dilihat untuk kemudian dipresentasikan di depan kelas.
Di samping itu, dengan metode pengajaran ini kerja seorang guru menjadi lebih ringan karena guru tak diwajibkan untuk terus-menerus berdiri di depan kelas seraya mengoceh.


___________________
*14. Pupuh Fathurrahman, Strategi Belajar Mengajar, ( Bandung, Tunas Nusantara : 2001 ) h 54


DAFTAR PUSTAKA

Pupuh Fathurrahman, 2001. Strategi Belajar Mengajar,Bandung, Tunas Nusantara.
Ihat Hatimah. 2000. Strategi dan Metode Pembelajaran, Bandung : ANDIRA
Mahmud dan Tedi Priatna. 2005. Pemikiran Pendidikan Islam, Bandung : SAHIFA
Abuy Sodiqin dan Badruzaman. 2004. Metodologi Studi Islam, Bandung : Insan Mandiri.
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zein. 1996. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta, Rineka Cipta.
M Sobry Sutikno. 2005. Pembelajaran Efektif, Mataram, NTP Press.
Muhibbin Syah. 1995. Psikologi Pendidikan, Bandung, Rosda Karya.
Rudarti. 2006. Metode Pengajaran Alternatip. Int