Pages

PESERTA DIDIK OBYEK PENDIDIKAN (part2)

BAB I PENDAHULUAN


BAB II PEMBAHASAN
PESERTA DIDIK OBYEK PENDIDIKAN
DALAM PERSPEKTIF AL-QUR'AN
Secara kodrati anak memerlukan pendidikan atau bimbingan dari orang dewasa. Dasar kodrati ini dapat dimengerti dari kebutuhan-kebutuhan dasar yang dimiliki oleh setiap anak yang hidup di dunia ini. Kebutuhan yang harus dipenuhi serta berbagai potensi maupun disposisi untuk dididik, dibimbing dan diarahkan sehingga dapat mengaktualisasikan dirinya dalam kehidupan. Dan membentuk anak didik itu harus sesuai dengan tujuan pengajaran yang diharapkan maka pengajaran harus disesuaikan dengan keadaan dan tingkat kemampuan anak, karakteristik, minat dan lain sebagainya. Itulah sebabnya murid merupakan objek didik dalam pendidikan. Anak didik dalam pengertian pendidikan pada umumnya adalah setiap individu atau sekelompok individu yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan. Sedangkan murid dalam pengertian pendidikan secara khusus adalah anak yang belum dewasa yang menjadi tanggung jawab pendidik.

Diantara ayat yang berbicara pentingnya seorang peserta didik, yaitu
1. Surat At-Taubah Ayat 122
وما كان المؤمنون لينفروا كافة فلولا نفر من كل فرقة منهم طائفة ليتفقهوا فى الدين ولينذروا قومهم اذا رجعوا اليهم لعلهم يحذرون.
Artinya :
"Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya".
Penjelasan
Dalam surat At-Taubah ayat 122 diatas menjelaskan tentang suatu kaum yang mana sebagian dari kaum tersebut diperintahkan untuk mencari ilmu dan sebagian yang lain diperintahkan untuk berjihad di jalan Allah, karena sesungguhnya berjihad itu merupakan fardhu kipayah bagi manusia. Makna dari fardhu kifayah tersebut adalah apabila dalam sebuah kaum atau Negara yang mana sebagian diantara mereka pergi melaksanakan jihad, maka dosa yang lainnya akan hilang, salah satunya adalah jihad tadi, menegakkan kebenaran, menegakan hukum, memisahkan yang berseteru dan sebagainya. Dan fardhu 'ain adalah kewajiban yang harus dilaksanakan oleh setiap muslim yang baligh dan berakal, seperti : shalat, zakat dan puasa.
Adapun sebahagian kecil dari mereka yang kembali setelah mencari ilmu, mereka wajib untuk untuk memberikan pengetahuan dan berdakwah kepada orang lain karena mencari ilmu itu mengajak orang menuju jalan yang lurus. Menuntut ilmu merupakan keutamaan yang paling besar dan memiliki kedudukan yang paling mulia, sebagaimana hadits Rasul yang diriwayatkan oleh Muslim : "Barang siapa yang Allah kehendaki menjadi baik maka dia akan difahamkan oleh agama". Dan diriwayatkan pula oleh Imam Turmudzi dari Abi Darda : "Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda : "Barang siapa menjalani suatu jalan untuk menuntut ilmu, maka dianugerahi Allah kepadanya jalan ke syurga, dan sesungguhnya malaikat-malaikat merebahkan sayap-sayapnya karena ridha untuk orang yang mencari ilmu, dan sesungguhnya orang yang berilmu akan dia mohon ampunkan baginya oleh makhluk yang ada dilangit dan dibumi, dan keutamaan orang yang berilmu dan orang yang beribadah tanpa ilmu bagaikan keutamaan bulan purnama diantara bintang-bintang, dan sesungguhnya ulama itu pewaris para nabi, dan para nabi itu tidak mewariskan dinar ataupun dirham akan tetapi mereka mewariskan ilmu, dan barang siapa yang diwarisi ilmu maka ia akan mendapatkan keuntungan yang banyak".
Belajar mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan. Dengan belajar orang jadi pandai, ia akan mengetahui terhadap segala sesuatu yang dipelajarinya. Tanpa belajar, orang tidak akan mengetahui sesuatu pun, disamping belajar dapat untuk menambah ilmu pengetahuan baik teori maupun praktrk, belajar juga dinilai sebagai ibadah kepada Allah. Orang yang belajar sungguh-sungguh disertai niat ikhlas ia akan memperoleh pahala yang banyak. Belajar juga dinilai sebagai suatu perbuatn yang dapat mendatangkan ampunan dari Allah S.W.T. orang yang belajar dengan niat ikhlas kepada Allah diampuni dosanya.

2. Surat Asy-Syu'aro Ayat 214 :
وأنذر عشيرتك الآقربين
Artinya :
"Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat".
Penjelasan
Dalam surat Asy-Syu'aro ayat 214 diatas menjelaskan bahwa hendaklah seorang pendidik memberikan pendidikan kepada anak didik yang terdekat, maksudnya yang harus lebih diutamakan dalam mendidik adalah kepada saudara, keluarga, dan sebagainya. Setelah memberikan pendidikan kepada saudara dan keluarga kemudian orang lain.
Adapun pengertian keluarga disini adalah meliputi istri, anak, hamba sahaya dan amat yang wajib mendapatkan pendidikan berupa pemberian ilmu tentang hal-hal yang wajib dikerjakan dalam agama, serta anak didik yang memiliki pengertian seseorang atau sekelompok orang orang (tahap batas usia dan kedewasaan) yang menerima pemeliharaan, arahan, bimbingan dan pendidikan dari seorang pendidik, memiliki hubungan kekeluargaan pun atau tidak, tetapi diantara keduanya memiliki hubungan yang dilandasi rasa kasih sayang dan tanggung jawab.

3. Surat At-Tahrim Ayat 6 :
ياأيها الذين أمنوا قوا أنفسكم وأهليكم نارا........الآية
Artinya :
"Hai orang-orang yang beriman jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka……".
Penjelasan :
Dalam makna pendidikan menjaga disini adalah dilakukan oleh seorang pendidik kepada anak didik. Proses pemeliharaan ini dalam dunia pendidikan dilakukan dengan cara pengajaran dan bimbingan yang tepat sesuai dengan tingkat kemampuan anak didik. Hal ini dimaksudkan untuk mengarahkan dan membentuk seseorang sehingga memiliki kepribadian sempurna. Ayat ini berkaitan dengan keluarga, karena adanya kepala keluarga yang bertanggung jawab terhadap anak serta istrinya dengan memelihara dan menjaganya baik lahir maupun bathin, mengarahkan dan mendidik mereka. Maksudnya adalah bagi siapa saja yang memiliki tanggung jawab dan tugas memimpin, mengarahkan dan mendidik orang atau masyarakat yang dibimbingnya, maka dia dikategorikan sebagai pendidik, dan dapat dikategorikan sebagai terdidik atau anak didik karena dia diperintah manjaga atau mendidik diri sendiri sebelum keluarganya. Jadi dia berfungsi sebagai pendidik sekaligus sebagai terdidik karena selalu mengadakan upaya pendidikan terhadap dirinya sendiri setiap saat. Kondisi seperti ini tergambar pada sosok nabi Musa a.s dalam surat Al-Kahfi ayat 60 yang berbunyi :
واذ قال موسى لفتاه لأ أبرح حتى أبلغ مجمع البحرين أو أمضى حقبا
Artinya:
"Dan (ingatlah) ketika musa berkata kepada muridnya : "aku tidak akan berjalan (berhenti) sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan, atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun".
Nabi Musa A.S pada ayat di atas nampak memiliki semangat yang tinggi untuk terus menerus belajar walaupun dia telah menjadi seorang guru. Ini menunjukan bahwa salah satu karakteristik yang harus dimiliki akan murid adalah semangat untuk belajar.
Al-Qur'an memberikan gambaran dengan beberapa kisahnya tentang karakter murid. Murid yang idela hendaknya memiliki karakter sebagai berikut :
  1. Anak didik hendaknya mempunyai niat yang suci dalam hatinya sehingga mudah mencerna dan memahami pelajaran.
  2. Seorang anak didik haruslah memiliki motivasi yang tinggi untuk menggali dan memahami suatu ilmu.
  3. Anak didik harus tekun, dengan memperhatikan pelajaran secara serius.
  4. Patuh dan hormat terhadap guru
  5. Hendaklah bermusyawarah dalam menghadapi permasalahan yang sulit ketika menuntut ilmu.
Apabila pendidikan tidak ada, maka kemungkinan besar anak-anak akan berkembang kearah yang tidak baik/buruk, seperti tidak mengakui Tuhan, budi pekertinya rendah, bodoh dan malas bekerja.
Keharusan adanya pendidikan bagi anak tersebut akan lebih nyata apabila mengamati kemampuan/perkembangan anak sesudah dilahirkan oleh ibunya sampai mencapai kedewasaannya dan kita bandingkan pula dengan anak hewan, anak manusia atau bayi lahir, badannya lemah sekali. Keaktifan perbuatan instink sedikit sekali, ia hanya dapat menggerakkan kaki dan tangannya, menangis dan sebentar lagi menetek. Keaktifan lain yang sudah siap sedia sebagai bekal hidupnya tidak tampak pada waktu ia lahir. Apabila ia sejak dilahirkan itu dibiarkan saja, tidak dirawat oleh ibunya atau orang lain, maka ia tidak dapat hidup. Selanjutnya sesudah ia dapat hidup perkembangan jasmaninya terlihat lambat sekali terutama bila dibandingkan dengan perkembangan badan anak hewan. Baru sesudah ia berumur kurang lebih 1 tahun, anak itu dapat berjalan, sekalipun demikian bentuk badannya belum sama dengan badan orang dewasa. Perbedaan dalam bidang kerohanian termasuk didalam moral dan etika antara anak dengan orang dewasa lebih nyata, begitu pula kepandaian pengetahuan, keaktifan dan kemampuan yang lainnya. Bahwa tiap orang dewasa harus dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan cara sendiri-sendiri seperti bercocok tanam, berdagang, menukang, mengabdikan tenaga jasmani serta rohaninya kepada orang lain baik secara resmi/pemerintah atau melalui badan swasta dan lain-lain. Untuk kesemuanya itu sangat dibutuhkan adanya kemampuan, kecakapan dan keaktifan serta pengetahuan yang beraneka ragam sesuai dengan tuntunan dan kebutuhan masa atau lingkungannya.
Untuk mendapatkan pengetahuan, kecakapan, keprigelan dan kemampuan tersebut maka anak perlu mendapatkan pendidikan dari pihak-pihak yang bertanggung jawab atau pendidik. Berbeda dengan anak hewan, begitu ia lahir, induknya dapat membiarkan anaknya tumbuh dan berkembang untuk memenuhi tugasnya sebagai hewan dewasa, karena hewan umumnya telah diberi perlengkapan yang sudah memungkinkan untuk berkembang mencapai kedewasaan, yaitu instink yang dimilikinya.
Anak adalah mahluk yang masih membawa kemungkinan untuk berkembang, baik jasmani maupun rohani. Ia memiliki jasmani yang belum mencapai taraf kematangan baik bentuk, kekuatan maupun perimbangan bagian-bagiannya. Dalam segi rohaniah anak mempunyai bakat-bakat yang harus dikembangkan. Ia juga mempunyai kehendak, perasaan dan pikiran yang belum matang. Disamping itu ia mempunyai berbagai kebutuhan seperti kebutuhan akan pemeliharaan jasmani, makan, minum dan pakaian, kebutuhan akan kesempatan berkembang, bermain-main, berolahraga dan sebagainya. Selain dari pada itu anak juga mempunyai kebutuhan rohaniah seperti kebutuhan akan ilmu pengetahuan duniawi dan keagamaan, kebutuhan akan pengertian nilai-nilai kemasyarakatan, kesusilaan, kebutuhan akan kasih sayang dan lain-lain.